Malam begitu kelam ditemani hujan yang turun masih menyisahkan
rintiknya. Dhea menghapus embun kecil di kaca mobilnya sambil sesekali
memandang keluar jalan yang macet. Musik dewa 19 jamannya Ari lasso
“Kangen” mengiringi kepergian Dhea bersama keluarganya ke semarang,
mereka pindah dari jakarta hari ini, meninggalkan kota kelahiran, teman,
sahabat, dan tentunya pacar.
Bagi Dhea ini sama saja meninggalkan Dunianya, meski ia tak punya
pilihan lain, selain melepaskan pelukan Alfred dan menghilang di gelap
malam ini dengan orang tuanya menyusuri jalan kota yang kian redup oleh
cahaya malam.
Alfred duduk di pinggir jalan seakan tak percaya, apa yang dijalani
bersama Dhea selama ini penuh kehangatan, cinta yang membara kini harus
berakhir. Jalan demi setapak di lewatinya dengan motor kenangan yang
selalu menemani kemana Dhea dan alfred pergi. alasan cinta yang membuat
mereka satu, berbagi rasa di setiap kesempatan. Namun kini semua bak
langit runtuh, kisah indah itu kini perlahan harus terpisah, Dhea pergi
ke semarang, sementara Alfred pulang dengan Basah kuyup sambil
memakirkan motornya tanpa sempat mematikan lampunya, berlari ke dalam
rumah dan mengunci kamarnya seakan tak ingin di usik, orang tuanya yang
sedang menonton sedikit terusik.
Dhea tak mengalihkan pandangannya dari langit lewat kaca jendela, ia
mengenang masa-masa hangat kala mereka pulang sekolah bersama, ruang
kelas yang selalu penuh ledekan mistis yang seakan menghadirkan masa
suram nan lucu, Dhea selalu berperan layaknya putri raja yang
menggandeng mesra lengan Alfred, yang diikuti tawa dan teriak tawa
membahana di kelas.
Bagi mereka, Dhea dan Alfred layaknya Putri kodok dan pangeran
wiliam, dimana Pangeran Wiliam harus mencium putri kodok untuk membuat
Dhea sungguh-sungguh nyata menjadi putri cantik. bagi Dhea, alfred
adalah bintang dimana keindahan dan kemesraan mereka ciptakan sendiri.
Mama dan papanya tak bisa membujuk Dhea untuk tak menangis lagi. Dhea
melipat tangan membiarkan air matanya jatuh berderai dengan sendirinya.
Matahari pagi kembali hadirkan hari baru, Alfred duduk di pinggir
tempat tidur sambil beberapa kali menelepon Dhea yang dari tadi tak bisa
dihubungi sementara lagu Adista “ku tak bisa jauh” terus mengalun dari
laptopnya.
Sementara Dhea masih tertidur di mobil dengan air liur yang mengering karena dari semalam tak tertidur.
“kriiing… kriiing… kriiing” hp Dhea berbunyi.
Seminggu berlalu tanpa kehangatan, kehidupan Alfred begitu sepi, tak
ada lagi yang mengusiknya walau sekedar mengingatkan untuk makan atau
hati-hati di jalan, hal yang biasa Dhea lakukan dalam bentuk perhatian
khusus yang tak bisa di beli. hubungannya dengan Dhea melalui telpon dan
sms memang masih di lakukan namun tetap saja semuanya terasa hampa.
Sebulan kini berlalu berganti 3 bulan, waktu begitu lambat terasa
bagi Alfred dan Dhea, bagai ribuan tahun yang dinanti sampai hari itu
tiba, sampai tangan tuhan menyatukan mereka lagi dalam peraduan cinta
yang berkelok-kelok seperti puncak bogor.
minuman, judi, merok*k coba di lakukan Alfred untuk mengisi kesunyiannya.
sementara Dhea kini mulai jatuh hati pada Avans teman fb yang diam-diam
menaruh harapan pada Dhea dalam bentuk kado yang terselip di setiap
rayuan gembelnya, Dhea perlahan menyisipkan satu bait puisi dihatinya
untuk Avans seseorang yang kini mulai di kaguminya, perlahan namun pasti
Dhea menyukai Sosok Avans yang selalu bertingkah lucu dan menghibur
kala hatinya sepi oleh keadaannya kini.
Avans kini ada di hati Dhea, menemani hari-hari Dhea walau cuma lewat
telepon. hubungan mereka di pisahkan jarak dan pulau yang membentang,
cuma dengar suara dan rindu lewat udara namun itulah cinta, seperti gula
dimana ada semut disitu ada sarangnya semut, *nah lho. #cut… cut… muke
lo kaya kanc*t. Ada semut pasti ada gula kali ah,
Alfred merintih sendiri dalam keheningan, sementara ia kesepian oleh
hatinya yang tak bisa diobati sejak kepergian Dhea, di tambah Dhea yang
tak ingin menyakiti Alfred dengan polos tanpa berdosa menelepon alfred
cuma ingin memamerkan Avans pada Alfred.
Alfred benar-benar tak mengerti. kenapa mereka harus berpisah
sementara hatinya telah terpaut pada Dhea, bidadari yang selalu ada
dihatinya
Avans dan Dhea saling gombal dan bermesraan di rumah masing-masing
lewat hp. Bulan yang tersenyum dengan jenaka temani mereka setiap detik,
setiap saat.
Kehangatan itu perlahan mulai hilang oleh kesibukan Kedua belah
pihak. Dhea sibuk gigitin kuku sementara Avans sibuk dengan kuliahnya,
dimana tugas menumpuk berjejer seperti ikan asin.
untuk memikirkan tugas kuliah saja repot apalagi Dhea, lambat laun mulai
terungkap. Jelas Dhea mulai bosan dan kesepian, di saat seperti ini ia
teringat pada Alfred seseorang yang ia cintai terbungkus rapi dihatinya,
lalu Dhea mencoba untuk mengerti keadaannya.
ia ingin mengusik Alfred namun enggan. sementara hatinya terus tersiksa
oleh Avans yang selalu sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya.
Di setiap kesempatan Dhea selalu menatap foto di hp, melihat
kemesraannya dengan Alfred dulu. atau sekedar melirik Fb Alfred yang
penuh dengan status galau untuk Dhea wanita yang sangat di cintainya.
Senja kini berganti malam, dua tahun berlalu, Avans dan Dhea ternyata
tak jodoh, Dengan Berat hati di ulang tahunnya ke-22 Avans memutuskan
hubungan mereka. hati Dhea semakin terluka dalam, Avans ternyata sudah
mempunyai jodoh dari orang tuanya
dan menjadikan Dhea sebagai pelampiasan. Betapa hancurnya hati Dhea
setelah sekian lama menjalani semua kisah dalam dusta. hari-hari Dhea
terasa hampa kini. sakit hatinya pada mahkluk yang namanya. pria.
LeLaki. atau apalah sebutannya. yang pasti keadaan yang terlalu
membuatnya percaya pada pria, sehingga ia selalu disakiti.
Keadaan Dhea semakin terjatuh, tak ada semangat hidup.
Hari ini keluarga Dhea kembali lagi ke kota kelahirannya jakarta, walau sekedar melepas rindu, setelah sekian lama tak jumpa.
Alfred sekarang menjalani kisah cinta dengan Thania sahabatnya yang
berubah jadi cinta. Perlahan Alfred membuka hatinya untuk Thania yang
selalu menghiburnya sejak Masa-masa sulitnya sejak Dhea pergi.
Dhea telah pulang ke jakarta yang telah banyak berubah. BBM yang naik
menambah perubahan, makin banyaknya anak jalanan, macet yang berlebihan
dan tentu saja asap dimana-mana akibat banyaknya mobil yang beroperasi
di dukung pula gedung tinggi dimana-mana, pandangan Dhea teralihkan oleh
Dua insan yang sedang bermesraan di motor di tengah macet.
Dhea turun dan meyakinkan batinnya kalo itu motornya Alfred.
“Alfred…?” Kata Dhea seakan tak percaya ternyata tuhan mempertemukan mereka kembali setelah dua tahun berlalu
Banyak yang berubah pada Dhea begitu juga Alfred. Dhea terlihat lebih
dewasa bertambah cantik, sementara Alfred, kumis tipis dan jenggot
tipis itu seakan merubah wajahnya sepenuhnya.
Tatap mata itu kian beradu di tengah keramaian. Alfred ingin sekali
mendekap kuat tubuh Dhea yang telah lama di rindukannya. sementara
Thania yang tak paham mulai terusik.
“sayang.. itu siapa?” Thania bertanya penuh curiga
Tak ada jawaban selain waktu yang tersirat lewat tatapan nakal Dhea
dan Alfred. Perlahan Dhea memutar arah dan berlari ke dalam mobilnya.
saat bunyi klakson mobil kian beradu, saat Alfred menjawab pertanyaan
Thania. “oh.. ia.. ini teman SMA ku..!” kata-kata yang tak mungkin bisa
di lupakan Dhea dalam tidur malamnya.
Hujan turun di malam dingin ini begitu deras, angin sepoi-sepoi
melambai menari, Alfred masih duduk terdiam sambil memandang foto Album
kenangannya bersama Dhea, sosok yang hadirkan banyak cerita untuknya. Ia
masih tak percaya Dhea kini pulang kembali ke jakarta setelah Dua tahun
berlalu. dimana cintanya kini tercuri oleh Thania yang selalu menemani
masa-masa sulitnya, apalagi beberapa bulan lagi ia dan Thania akan
menikah. sementara hatinya telah terpaut oleh Kehadirah Dhea sejak dulu.
Alfred melangkah dan meraih gelas kaca dengan gambar dirinya dan Dhea,
di dalam Gelas ada sebuah kalung Liontin berwarna putih yang indah,
Alfred meraih dan membuka foto didalamnya. Foto Dhea tersenyum dengan
Jenaka.
Dhea masih duduk di meja belajarnya sambil sesekali merobek dan
mengucek kertas buku di hadapan, itu adalah Diary pemberian Alfred
sewaktu SMA.
Dhea menangis sedih. hatinya teriris perih. dihatinya masih jelas
tergores nama Alfred. sementara Ia tahu keadaannya sekarang tak bisa di
kembalikan seperti Dua tahun lalu sebelum ia pergi meninggalkan cintanya
yang terlanjur indah. Dhea meraih foto usang di atas meja samping
tempat tidurnya, foto Alfred dalam bingkai yahg berdebu karena tak
tersentuh. Dhea melemparnya berhamburan di atas lantai. Dhea takut
sekali memikirkan saat seperti ini.
Thania masih memikirkan siapa wanita yang di temuinya, tak mungkin
itu teman Alfred, jika tatapan mereka kian lama beradu dalam peraduan
yang panjang. ia meraih jaket dan meraih kunci mobilnya
Alfred meraih motornya dan berlalu mengelilingi kota jakarta dimana pernah ada kisah. cerita indahnya bersama Dhea Dulu.
Di sebuah danau yang masih terlihat jernih. pinggir danau beraspal
dan dipagari pohon kelapa sawit dan memang sengaja di gunakan oleh
mereka untuk pacaran. sambil menikmati hidangan khas kota jakarta yang
berjejer sepanjang pinggir danau. Alfred tahu disini adalah kenangannya
dulu dengan Dhea, saat Lebaran tiba dan kembang api menghias di langit,
Alfred duduk disini sambil memeluk erat tubuh Dhea sambil menatap malam
yang berkelip oleh bintang bercampur kembang api.
Langkah Alfred terhenti, saat di antara orang yang berdiri disana,
ada satu wanita yang sepertinya tak asing lagi untuknya. dari
pakaiannya. Wanita itu membelakanginya sehinga ia mendekat perlahan,
memastikan ini bukan mimpi.
Orang yang dikira Dhea ternyata Thania, Alfred tanpa permisi berdiri
di samping Thania. “indah sekali ya? Malam ini… sayang? Kata Alfred
tanpa memandang Thania”
Thania tersentak dan mengalihkan pandangannya pada suara di sampingnya.
“Alfred…! Eemh ia indah sekali ya? Masa itu, aku dengar Wanita itu
adalah Dhea, mantan pacarmu?” Thania berkata sambil menatap bintang yang
perlahan mulai redup oleh awan gelap.
Mereka terdiam, seperti keheningan yang tak ingin pergi. “Dihatiku
memang terlanjur terpaut nama Itu. tapi.. tapi kita akan menikah bulan
Depan.. dua tahun aku menunggu Dhea…? Dua tahun aku menunggu wanita itu
dan ia tak pernah kembali, sampai kau hadir dalam kehidupanku. Thania..”
Thania langsung memeluk Alfred dan merebahkan kepalanya di pundak
Alfred. membuat mereka terdiam untuk beberapa saat lamanya. “lupakan
Dhea Alfred. jangan karena Dhea pernikahan kita gagal. atau memang kamu
sangat mencintainya melebihi diriku” Thania menangis lepas.
Di belakang mereka, Dhea telah berdiri sambil menjatuhkan bunga di tangan.
“ternyata kalian disini..! sudah ku duga, baru seminggu aku pulang..
dan.. dan.. kalian berpelukan.. terlambatkah aku pulang, terlambatkah
aku mencintaimu” Dhea tak bisa menahan tangisnya lagi. melihat Alfred
dengan Thania berpelukan.
Rasa yang tak bisa di pendamnya, Dhea seakan terusik, di raihnya jaket dan kunci mobilnya melaju ke rumah Alfred.
Semangatnya hilang saat Ayah Alfred mengatakan. “Alfred pergi entah kemana. coba dihubungi”
dan sesuai fellingnya disini, tempat yang juga menjadi kenangannya
bersama Alfred, sekarang jelas kenyataanya jika apa yang dilihatnya tak
salah.
Alfred dan Thania perlahan melepas pelukannya sambil menatap Dhea
dengan Air mata yang membanjiri pipinya. “sebulan lagi kita akan menikah
Dhea. Sebulan lagi… Ternyata tuhan tak ingin kita satu atau kamu yang
terlalu lama jauh, Jauh sekali..! Aku tak mengerti kenapa harus seperti
ini.
“ini… ini… ini bisa dijelaskan… ini tidak seperti yang kamu lihat…! Aku bisa jelaskan” Alfred mulai takut karena cintanya,
“jelasin apa lagi. Apa aku tak salah liat kalian berpelukan, cukup
fred.. cukup kau sakiti.. aku. Memang kau tak pernah mencintaiku. “Dhea
menangis dan berlalu di gelap malam. sambil menampar Alfred dan melempar
bunga ke wajah Alfred. Setiap mata mengalihkan pandangan pada mereka.
Alfred terlihat seperti orang bodoh. Ia berlari menerobos keramaian dan
mengejar Dhea, terlambat..! Sebuah mini bus yang melaju kencang,
menghantam tubuh Dhea yang berlari sebelum ia sempat masuk ke mobilnya.
Sebuah ambulance berlalu membawa tubuh Dhea. Sementara Thania Dan Alfred mengikuti dari belakang dengan motor.
Matahari kembali hadirkan sinarnya. hari baru untuk Dhea yang
terbaring lemah di rumah sakit. Sementara orang tua Dhea mulai
menyalahkan Alfred.
Dhea sangat merasa bersalah, kehadirannya di kota jakarta justru
menghancurkan pernikahan Alfred sebentar lagi. Jika memilih rasanya ia
tak ingin kembali lagi di kota dimana ia di besarkan, di perkenalkan
pada cinta.
Dua minggu berlalu, Keadaan Dhea mulai pulih, namun wajahnya, pipi
kanannya hancur akibat bergesekan dengan Aspal. Sementara minggu depan
Thania akan menikah, ini membuat Dhea malu untuk keluar dari rumah
sakit, sementara Undangan pernikahan Alfred dan Thania telah di sebar.
membuatnya tak selera bangun dari tidurnya.
Dhea merapikan pakaiannya. Dan berjalan tertunduk karena wajahnya
yang rusak, di sepanjang lorong koridor yang di lewati, telah berdiri
beberapa orang dengan bunga mawar dan pakaian rapi sekali. Dhea tak
berani menatap mereka, langkahnya semakin di percepat. Namun langkahnya
terhenti saat di depannya Thania telah berdiri sambil melipat tangan,
“mau apa kamu!. belum puas melihatku seperti ini?” Dhea mencoba memutar
arah, namun di belakangnya orang telah beriringan berjalan dengan bunga
di tangan.
Thania berjalan pelan ke arah Dhea dengan penuh nafsu, Dhea masih
menunduk karena malu, sementara Thania tersenyum dan menyeringai. “kalau
kamu berani pergi dan menghianatinya lagi. aku tak akan mengalah lagi..
aku benar akan memukulmu?. Aku sadar di dunia ini tuhan telah
menetapkan tulang rusuk kita masing-masing, dan cinta tak mungkin bisa
di paksakan. Aku mengalah bukan berarti aku kalah tapi aku mencoba
mengerti cinta sejati hanya bisa di buktikan lewat perbuatan bukan kata,
sejak kau kritis Alfred tak bisa lepas dari sampingmu, hanya kamu yang
tahu alasannya?”
“apa maksudmu Thania? Dhea mulai tak mengerti”
“Tiiik” Thania menjentikan jarinya.
suara musik Dewa 19 jaman Ari lasso “AKU MILIK MU” mengalun lewat
speaker rumah sakit. Dari kerumunan orang banyak, Alfred keluar dengan
pakaian rapi dan memegang bunga mawar yang terikat liontin.
“Aku mencintaimu. jika kamu berikan sekali lagi mata kita bertemu,
akan ku lukis senyummu, ku gores dengan warna terbaik.. mau kah kamu
menikah denganku minggu depan?” Alfred bersujud menantikan Uluran tangan
Dhea. Mereka terdiam diikuti lagu yang berhenti. Dhea mengangkat
wajahhya yang tak menarik lagi,
“tapi wajahku…? Telah…” suara Dhea terhenti Alfred menempelkan
telunjuknya ke bibir Dhea dan mencium lembut bibir Dhea membuat Dhea
sedikit terkejut. “Aku mencintaimu seutuhnya, bukan tubuhmu tapi hatimu.
Sepenuhnya” kata Alfred di kuping Dhea. “oh Alfred aku mencintaimu”
kata Dhea tanpa malu mengangkat wajahnya.
Di depannya Thania menghapus air matanya. Di ikuti teputangan semua orang yang hadir sambil melemparkan bunga ke udara.
Alfred pun menikah dengan Dhea, sementara Avans yang dijodohkan, ternyata wanita itu adalah Thania.
lucu memang cinta. Tapi sadarilah cinta tak harus saling memiliki karena
apapun alasannya. Bukan rayuan yang bicara tapi hati, kurangilah ego
dan tambah cinta setiap hari.
Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Facebook: alfredpandie[-at-]yahoo.com